MEDIA DAN BUDAYA

RESUME MEDIA DAN BUDAYA


Media menurut Ahmad Rohani merupakan segala sesuatu yang dapat ditangkap oleh indra manusia, yang berfungsi sebagai perantara, sarana, atau alat untuk proses komunikasi (proses belajar mengajar). Budaya menurut Linton adalah keseluruhan dari pengetahuan, sikap, dan pola perilaku yang merupakan kebiasaaan yang dimiliki dan diwariskan oleh anggota suatu masyarakat tertentu. Keterkaitan antara media dan budaya terjadi ketika suatu budaya disorot dan disebarluaskan melalui media, yang kemudian mempengaruhi sistem nilai, pikiran, tindakan dan perilaku manusia. Keterkaitan antara media dan representasi terjadi ketika media digunakan sebagai alat untuk mewakili dan menggambarkan kembali suatu isu atau fenomena yang kemudian akan kita maknai sendiri. Representasi dapat terbentuk secara negatif atau positif tergantung bagaimana cara media menyampaikannya.



Seksualitas menyangkut ke berbagai dimensi yang sangat luas, yaitu dimensi biologis, sosial, psikologis dan kultural. Lain halnya dengan pengertian gender. Gender merupakan peran atau posisi sebagai laki-laki dan perempuan yang terbentuk dari konstruksi sosial berdasarkan kebudayaan. Perbedaan antara keduanya ialah , seksualitas lebih kearah biologis seseorang dan atribut fisik yang dimiliki.
Terdapat beberapa isu penting mengenai isu gender, yaitu:
1. Media massa memberi tempat bagi proses legitimasi bias gender, terutama dalam menampilkan representasi perempuan.
2. Keterlibatan perempuan hanya sedikit dalam aktivitas jurnalisme.
3. Kepentingan ekonomi dan politik menuntut para pemilik media tunduk pada industri atau pasar yang memang lebih premisif terhadap jurnalisme yang tidak sensitif gender.
4. Regulasi media yang ada saat ini tidak sensitif gender, Kode Etik Jurnalistik, dan UU Pers kurang memperhatikan media dan budaya.


Analisis representasi media terhadap kelompok marjinal



Representasi media adalah bagaimana media mengkonstruksikan atau menyusun realitas sosial seperti masyarakat, tempat, objek dll dan disajikan kepada audiens yang kemudian akan dimaknai oleh masing-masing audiens, sedangkan kaum marjinal adalah suatu kelompok yang jumlah anggotanya kecil atau dianggap kurang sejahtera dan terpinggirkan.

Suku Jawa sebenarnya memiliki anggota yang banyak sehingga tidak termasuk kaum minoritas, namun sayangnya representasi media terhadap suku Jawa terkadang membuat suku Jawa dipandang sebagai kelompok marjinal karena dalam media suku Jawa digambarkan sebagai suku yang masih tradisional dan pekerjaan masyarakatnya masih berupa pekerjaan di pedesaan seperti petani, peternak, kalaupun suku Jawa digambarkan berada dikota pekerjaan yang mereka miliki hanya sebatas pembantu, supir, dan buruh yang merupakan pekerjaan yang masih dianggap masyarakat sebagai pekerjaan yang kurang sejahtera.

Salah satu contoh representasi media yang mermaginalisasikan suku Jawa adalah ftv Makhluk Manis di Sepeda Ontel. Dalam ftv ini, orang-orang suku Jawa khususnya orang Jogja digambarkan sebagai masyarakat yang sangat tradisional, rumah-rumah milik para pemeran ftv ini pun digambarkan masih dalam bentuk rumah tradisional seperti gubuk, beberapa pemeran pun digambarkan selalu menggunakan pakaian tradisional dalam kehidupan sehari-harinya seperti kebaya dan blankon, peran ibu Cyntia pun digambarkan selalu menggunakan kebaya lengkap dengan sanggulnya setiap hari. Pemeran utamanya ( Ramon Y. Tungka) yang merupakan orang Jawa memiliki pekerjaan sebagai penakluk mahluk buas yang menangani masalah seperti kambing kesurupan, ular stres ataupun macan galau, hal ini menggambarkan seolah-olah masyarakat Jawa sangat mempercayai hal ghaib yang kurang masuk akal seperti kambing kesurupan tadi. 

Beberapa pemeran yang merupakan orang Jawa digambarkan memiliki pekerjaan sederhana seperti mandor peternakan, petani, dukun hingga penjual obat kumis, namun aktor yang berperan sebagai pendatang dari Jakarta digambarkan memiliki pekerjaan sebagai seorang pengusaha sukses yang kaya raya. Selain itu, para pemeran yang memiliki peran sebagai orang Jawa pun menggunakan transportasi yang sangat sederhana seperti sepeda ontel, motor butut, dan selalu berjalan kaki. Para pemeran ftv pun selalu menggunakan bahasa indonesia yang kadang dicampur dengan bahasa Jawa ngoko tanpa memperdulikan siapa lawan bicaranya dan menggunakan logat medok Jawa yang dibuat-buat. Ada pula aktor yang berperan sebagai bawahan pengusaha tadi dan selalu ketakutan saat dimarah-marahi bosnya juga selalu menuruti dan meu melakukan berbagai hal yang diperintahkan bosnya.

Kesimpulannya, ftv ini merepresentasikan suku Jawa sebagai kaum marginal yang masih sangat tradisional, kampungan dan ketinggalan jaman, selain itu ftv ini juga membuat gambaran orang asli Jogja kalah bersaing dalam segi ekonomi dengan orang pendatang dari luar Jogja, orang Jawa pun digambarkan memiliki sifat yang mudah ditindas dan penurut. Hal-hal tersebut dapat memunculkan pandangan negatif orang-orang yang menonton ftv tersebut terutama orang-orang yang tidak mengetahui dengan pasti bagaimana kehidupan orang Jawa yang sebenarnya di Jogja. 

Kalian bisa menonton FTV nya di link ini yaa :
 https://www.youtube.com/watch?v=WAcLhpBC9wo



Komentar

  1. waaww sangat bagus sekali postingannya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasiiih sahabat gemes! , semoga bermanfaat yaa :)

      Hapus
  2. Wow postingan nya lengkap bgtt

    BalasHapus
  3. Infonya berguna makasih :)

    BalasHapus
  4. sangat membantu banget artikel ini :)

    BalasHapus
  5. Makasih kak sangat bergyna untuk tugas saya

    BalasHapus
  6. lumayan buat bahan presentasi besok

    BalasHapus
    Balasan
    1. terimakasih kak, semoga sukses presentasinya

      Hapus
  7. wow.. artikel ini sungguh memotivasi! terimakasih

    BalasHapus
  8. Bacaannya sangat informatif :)

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Media Cetak

Pemahaman Literasi Digital