Pemahaman Literasi Digital
Halo sahabat gemes... kami balik lagi nih untuk memberikan berbagai macam informasi seputar literasi digital. Nah, kita sebagai generasi yang tidak pernah lepas dari dunia digital ini harus diimbangi dengan memiliiki pemahaman mengenai literasi digital, agar saat kita masuk kedalam dunia digital ini kita tidak akan merugikan atau dirugikan orang lain. Jadi, simak pembahasan kita berikut ini yaa...
A. Konsep
Literasi Digital
Literasi digital
adalah literasi informasi yang membekali khalayak dengan kemampuan untuk
mencerna, memahami, menyeleksi, dan mendapatkan kembali informasi di tengah
banjir informasi.Teknologi digital seperti komputer, smartphone, dan internet, merupakan bagian yang besar
dalam kehidupan sehari-hari. Pertumbuhan ekonomi saat ini bergantung pada efisiensi teknologi digital.
B. Perkembangan
Literasi Media
Inggris merupakan negara pertama yang melakukan upaya nyata untuk mengatasi ketangkasan
media massa. Pada 1930, berkembang kesadaran menciptakan konsep pendidikan yang
mengarahkan masyarakat melek media pada 1960. Gerakan
literasi media muncul di Amerika Serikat tokohnya Marshall Mcluhan. Pada 1964 muncul tokoh John Culkin, seorang pendidik Amerika
yang pertama kali memasukkan literasi media ke kurikulum pendidikan.
Pada tahun-tahun
1960-1970 peneliti menguji coba memasukan literasi
media ke kurikulum dan sebagai media pembelajaran di
sekolah. Setelah suksesnya gerakan literasi media
di Inggris dan Australia, UNESCO mengembangkan model program pendidikan
media yang hendak diterapkan di dunia. Setelah banyaknya negara yang berpartisipasi maka Gerakan literasi media ini muncul di berbagai
negara di dunia.
Perkembangan konsep
berlanjut pada era 1970 dimana terdapat kursus mengenai studi film dan media.
Pada era 70 media literasi sudah digunakan sebagai kurikulum dasar dari
berbagai negara yaitu Finlandia dan Denmark.
Lalu pada tahun 1980 Inggris, Australia dan Swedia juga sudah
mengembangkan literasi media.
Pada tahun
1980-1990 perkembangan literasi media di Amerika Serikat dan negara Eropa
lainnya berkembang pesat. Pemerintahan Prancis mengembangkan literasi media
dengan memasukan literasi media ke kurikulum mulai dari level sekolah dasar, hingga perguruan tinggi. Sedangkan Pemerintah Finlandia mengembangkan literasi media untuk melatih siswa agar dapat meneliti dan menginterpretasi pesan media massa.
Di tahun 1990
hingga sekarang ini Literasi media kemudian
dipahami sebagai sebuah alat dalam menentukan sikap atas
pilhan, untuk melindungi diri dari bahaya media sosial.
Perkembangan
literasi media di Indonesia
Dimulai pada 1991 yang ditandai oleh penyelenggaraan workshop di tingkat
Asia-Pasifik tentang anak dan televisi yang dilakukan oleh YKAI yang
bekerjasama dengan AMIC Singapura di Cipanas, Jawa Barat. Workshop
tersebut membahas tentang anak dan televisi yang sudah mulai aktual pada waktu
itu.
Gerakan
literasi lebih dipandang sebagai respon atas buruknya kualitas media. Pendidikan
literasi secara umum memang pada akhirnya akan memperkuat demokrasi, tapi
pendidikan literasi media spesifik yang dihubungkan dengan kebutuhan demokrasi
akan jauh lebih langsung dampaknya.
Pertama,
gerakan literasi media yang dilakukan oleh lembaga-lembaga yang menjadi kajian
dilatarbelakangi keprihatinan yang mendalam atas dampak media terhadap anak. Maka pendidikan literasi
harus ditunjukan untuk melindungi anak dari dampak buruk televisi dan
orangtualah menjadi target sebagai dasar pertanggungjawaban anak.
Kedua,
lembaga Remotivi dan KIPPAS subtansinya yang diberikan masih jauh dari usaha
membangun masyarakat literate dalam kerangka membangun demokrasi yang sehat.
Dalam Remotivi, isu yang dibawa adalah isu mengenai budaya pop dan literasi
media diorientasikan untuk mendidik remaja untuk kritis mengenai budaya pop.
Berbeda dengan KIPPAS yang lebih fokus pada pelanggaran kode etik dan hukum.
C. Pentingnya
Literasi Digital
Literasi
dapat dipahami sebagai kemampuan seseorang dalam membaca dan menulis. Keterampilan
literasi yang baik akan membantu generasi muda dalam memahami informasi baik
lisan maupun tertulis. Literasi
bisa berarti melek teknologi, politik, berpikir kritis, dan peka terhadapi
lingkungan sekitar.
Literasi sangat
penting karena Jika seseorang memiliki ketrampilan ini maka ia dapat
memanfaatkan media digital untuk aktivitas produktif, kesenangan dan
pengembangan diri. Selain itu dengan adanya literasi masyarakat menjadi bisa
untuk membedakan berita hoax dan berita benar.
Literasi media
digital merupakan alat penting untuk mengatasi berbagai persoalan sosial
seperti pornografi dan pornoaksi,
penggunaan alkohol, rokok dan obat terlarang, kegemukan dan kelainan makan,
penganiayaan dan kekerasan, identitas gender dan seksualitas, rasialisme,
diskriminasi, penindasan dan ketrampilan hidup. Melalui media digital,
masyarakat dapat menyuarakan perspektif dan opininya demi keadilan tanpa
merugikan pihak lain
D. Rekomendasi
Pelaksanaan Literasi Digital
Jika seseorang memiliki keterampilan literasi digital maka ia
dapat memanfaatkan media digital untuk aktivitas produktif, kesenangan dan
pengembangan diri. Literasi digital membuat masyarakat dapat mengakses, memilah dan memahami berbagai jenis
informasi yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas hidup.
Karena pesan media mendominasi debat politik dan alat-alat seperti Facebook
dan Twitter digunakan untuk pengorganisasian gerakan politik, semakin penting
bagi orang muda untuk dapat melihat media secara kritis dan bersiap untuk
melibatkan warganegara digital yang berkontribusi terhadap komunitas mereka
dengan cara yang positif. Untuk melakukannya, mereka memerlukan berbagai
keterampilan yang dikaitkan dengan media dan literasi digital.
E.
Tahapan Kompetensi Literasi Digital
Dalam
literasi digital terdapat sepuluh tahapan, yaitu:
1.
Mengakses
secara teknis : Kemampuan mendapatkan informasi terkait suatu
kejadian yang didapatkan dari berbagai sumber.
2.
Menyeleksi : Kemampuan
memilah informasi dari sumber yang didapatkan lalu menyeleksi mana informasi
yang bermanfaat
3.
Memahami : Kemampuan
untuk memahami informasi yang sudah diseleksi sebelumnya.
4.
Menganalisis : Kemampuan
untuk menganalisis (mengetahui keuntungan dan kekurangannya) informasi
5.
Memverifikasi : Kemampuan
untuk memverifikasi validitas informasi yang didapatkan.
6.
Mengevaluasi : Kemampuan
untuk menyediakan informasi tentang sejauh mana pengolahan informasi telah
dicapai.
7.
Mendistribusikan : Kemampuan
untuk membagikan informasi tersebut dengan mempertimbangkan siapa yang akan
mengakses informasi tersebut.
8.
Memproduksi/membuat : Kemampuan
dalam menyusun informasi baru dari proses-proses sebelumnya dimana informasi
tersebut bersifat akurat, jelas, dan memperhatikan etika
9.
Berpartisipasi : Kemampuan
untuk berperan aktif dalam berbagi informasi yang baik dan etis
10.
Berkolaborasi : Kemampuan
untuk berinisiatif dan mendistribusikan informasi yang jujur
1. Contoh
kasus literasi digital di Indonesia
Kurangnya
pemahaman mengenai literasi digital di Indonesia menyebabkan berbagai dampak
negatif, berdasarkan pemaparan dari Kompas.com salah satu dampak negatif dari kurangnya
pemahaman literasi digital adalah adanya cyberbullying. Cyberbullying adalah
salah satu bentuk perundungan atau ujaran kebencian yang ditujukan kepada
seseorang atau kelompok tertentu. Biasanya Cyberbulling ini dilakukan melalui
media sosial. Salah satu contoh kasus cyberbullying yang terjadi di Indonesia
adalah kasus Almarhum Yoga Cahyadi.
Dilansir
dari detik.com kasus ini berawal dari Yoga Cahyadi yang menjadi promotor dalam sebuah event
musik Locstockfest#2 di Yogyakarta, acara ini bertujuan menampilkan group band
lokal Yogyakarta dan sekitarnya, rencana awalnya acara ini akan berlangsung
selama dua hari yaitu 25-26 Mei 2013 , namun sayangnya event musik yang
diselenggarakan itu mengalami kegagalan dan hanya berlangsung selama satu hari
yaitu tanggal 25 Mei 2013, kegagalan terjadi karena tidak adanya sponsor yang
mendanai acara ini sehingga pihak promotor hanya mengandalkan hasil penjualan
tiket saja dan saat hari H hujan turun dengan lebat sehingga penonton yang
hadir pun jauh dari target 5000 penonton. Akibat dari kurangnya dana tadi
beberapa penampil pun mengalami kendala pembayaran fee dan batal tampil.
Gagalnya acara itu ternyata memunculkan amarah dari para peserta, mereka pun
mulai memberikan berbagai macam ujaran kebencian kepada Yoga melalui twitter.
Karena
tidak tahan dengan berbagai macam bullying yang diterimanya di twitter, Yoga
pun memutuskan untuk mengakhiri hidupnya dengan cara berbaring di rel kereta
api di kawasan Gowok, Banguntapan, Bantul.
Kelompok
kami sangat menyayangkan bahwa beberapa pihak baru muncul dan mendukung mas
Yoga setelah beliau melakukan bunuh diri. Salah satu contohnya adalah
pernyataan dari salah satu juri dalam acara tersebut yang menyatakan terjadi
justifikasi atau penghakiman bahkan beberapa berita dan informasi yang beredar
mengenai kegagalan acara itu tidak benar. Seandainya orang-orang yang mendukung
dan menyayangkan kematian mas Yoga muncul dari awal dan membatu mas Yoga
mengahadapi cyberbullying tadi, kemungkinan besar mas Yoga tidak akan melakukan
aksi bunuh diri.
Untuk
itulah kelompok kami merasa bahwa pengetahuan mengenai literasi digital ini
sangat penting agar para pengguna media sosial bisa bersikap dengan bijak dalam
penggunaannya, kita seharusnya menggunakan media-media digital ini dengan baik
dan membawa dampak positif, bukannya menggunakannya untuk menghujat, menghakimi
hingga mengakibatkan nyawa seseorang hilang.
2. Berdasarkan dari contoh kasus tersebut yang
bisa kita lakukan sebagai mahasiswa untuk mengembangkan pemahaman literasi
digital adalah:
- Mengadakan
gerakan pemberantas hoax dan cyberbullying yang bisa disebarkan dan
disosialisasikan di berbagai media sosial, agar bisa dibaca dan dilihat oleh
para pengguna media sosial lainya.
- Himpunan
mahasiswa mengadakan penyuluhan bagi mahasiswa yang belum memiliki pemahaman
mengenai literasi digital dikampus-kampus dengan mendatangkan langsung ahli dari literasi digital agar para mahasiswa lainnya mulai
mengerti bahayanya berita hoax dan cyberbullying
-
Mengadakan penyuluhan dan seminar bagi masyarakat mengenai pemahaman literasi
digital agar tidak terprovokasi dengan hoax yang beredar dan menjadi lebih
bijak dalam mengungkapkan pikirannya di media sosial.
wawww saya baru tau literasi digital dari blog ini
BalasHapussemoga bermanfaat kak :)
Hapusblog ini sangat baguss
BalasHapusterimakasih kak :)
HapusArtike berguna ini
BalasHapusKeren banget artikelnya sangat membantu jga
BalasHapusThanks..artikelnya bermanfaat
BalasHapus