Social Media
Haihaiii sahabat gemees...dipostingan kita kali ini kita akan mengupas tuntas tentang media sosial! so, buat kalian-kaliang pengguna setia media sosial, baca tulisan kita ini yaa..
MEDIA SOSIAL
Sulit
untuk menentukan definisi yang jelas dari media sosial, karena ada begitu
banyak definisi mengenai media sosial. Menurut Wikipedia (dikutip di Dominick,
2015,h.94) media sosial adalah sebuah
media yang digunakan untuk interaksi sosial yang mudah diakses menggunakan
teknik komunikasi terukur. Media sosial adalah penggunaan teknologi berbasis
web dan seluler untuk mengubah komunikasi menjadi dialog interaktif. Menurut
Dominick (2015, h.94) Media sosial memungkinkan kita untuk :
- Berpartisipasi (contoh : memilih berita online favorit
- Berbicara atau mengutarakan pendapat (contoh: memposting komentar dalam blog seseorang)
- Berbagi (contoh: membuat dan memposting materi ke situs seperti Flickr dan Youtube)
- Berkolaborasi (contoh: membuat konten dengan pengguna lain, seperti Wikipedia)
- Menghubungkan (contoh: membentuk jejaring sosial dengan teman-teman dan mereka yang memiliki minat yang sama di situs-situs seperti facebook, twitter, linkedin)
Tidak peduli bagaimana kita
mendefinisikan sosial media, dapat kita lihat sendiri bahwa media sosial tetap
sangat populer. Facebook memiliki kurang-lebih 600 juta pengguna dan lebih dari
150 juta pengunjung tiap bulannya. 75% remaja di Amerika Serikat menggunakan
media sosial dan lebih dari setengah penduduk Amerika adalah pengguna Facebook.
Twitter memiliki 200 juta akun pengguna dan berdasarkan laporan Twitter,
terdapat sekitar 140 juta “tweets” per hari. MySpace walaupun sudah kurang
populer masih memiliki sekitar 50 juta pengunjung perbulannya dan Linkedin sekitar
23 juta pengunjung.
Pengguna media sosial mulai bertambah
dewasa, jumlah orang dewasa sebagai pengguna media sosial sudah berlipat ganda
dari tahun 2007 hingga tahun 2011. Rata-rata usia pengguna media sosial juga
telah meningkat dari usia 33 tahun pada tahun 2008 menjadi 38 tahun pada tahun
2010 dan kebanyakan pengguna media sosial adalah wanita.
Media sosial sangat populer karena dapat diakses dari berbagai media seperti PC, laptop, netbook, tablet, dan smart phone. Rata-rata pengguna smart phone menghabiskan 20% dari waktunya untuk mengakses situs jejaring sosial. Facebook melaporkan bahwa lebih dari 150 juta penggunanya mengakses situs Facebook menggunakan smart phone.
Menurut Kaplan dan Haenlein (dikutip di Melati,2015,
h.6) jenis-jenis media sosial terdiri dari:
- Proyek kolaborasi (collaborative project)
Penggunanya
dapat mengubah, menambah, hingga menghilangkan konten yang ada di website ini,
contohnya : Wikipedia
- Blog dan Microblog
Blog adalah
aplikasi web yang dapat diisi dengan tulisan-tulisan yang dimuat sebagai
postingan dalam halaman web umum, sedangkan micro blog adalah bentuk kecil dari
blog, penggunanya memilii batasan 140 karakter untuk memposting sesutau,
Contohnya: Twitter.
- Konten (content communities)
Memungkinkan
penggunanya untuk saling berbagi video, e-book, foto dll. Contohnya: Google
drive, Youtube.
- Situs jejaring sosial (social networking sites)
Adalah
sebuah web berbasis pelayanan yang memungkinkan penggunanya untuk membuat
profil, melihat daftar pengguna yang tersedia, dan mengundang atau menerima
teman untuk bergabung. Contohnya: Facebook, Path, Myspace, Instagram.
- Dunia virtual (virtual world)
Memungkinkan
penggunanya muncul dalam bentuk avatar yang diinginkan juga berinteraksi dengan
pengguna lainnya dalam lingkungan yang di reaplikasikan secara 3D. Contohnya:
game online.
SEJARAH PERKEMBANGAN
MEDIA SOSIAL
Media
sosial berkembang pada tahun 1978 yang dimulai dari penemuan sebuah
sistem papan buletin atau yang biasa disebut sebagai Bulletin Board System (BBS) . Sistem ini memungkinkan kita untuk
bisa berhubungan dengan orang lain melalui surat elektronik, mengunduh maupun
mengf’unggah software dengan menggunakan saluran telepon yang terhubung dengan
modem. Bulletin Board System merupakan sebuah sistem yang rendah biaya juga
akar untuk menyiarkan maupun merespom informasi tentang suatu tema, sistem ini
dapat dijalankan dalam skala nasional dan nternasional, biasanya
jaringan-jaringannya memberikan pelayanan dalam daerah yang berdekatan secara
geografis dan kebutuhan spesifik dari pengguna lokal.
Sebenarnya,
pada tahun 1995 sudah muncul sebuah situs jejaring sosial bernama Classmates.com namun kurang mendapat
perhatian dan sambutan dari masyarakat, situs jejaring sosial yang dianggap
lebih berhasil dari Classmates.com adalah Sixdegree.com
yang muncul pada tahun 1997.
Di
tahun 1999 muncullah situs bernama Blogger
yang memungkinkan penggunanya untuk membuat halaman yang dapat diisi dengan
berbagai macam hal mulai dari hal pribadi seperti hobi hingga mengkritisi
pemerintah, desainnya pun dapat diatur dan disesuaikan dengan keinginan
pengguna, situs ini dapat kita miliki tanpa membayar domain sepeserpun, selain
itu situs ini juga menjadi tonggak perkembangan media sosial.
Tahun
2002 situs jejaring sosial bernama Friendster
diciptakan oleh Jonathan Abrams, nama Friendster berasal dari kata “Friend” dan
“Napster”, saat itu Napster memiliki fungsi untuk membantu penggunanya untuk
bertukar informasi melalui jaringan maya, sedangkan friendster berfungsi untuk
memungkinkan penggunanya untuk saling berkomunikasi, membagi konten dan media,
bahkan mencari informasi mengenai acara dan hobi mereka.
Pada
2003, situs jejaring sosial Linkedln
diciptakan. Linkedln merupakan situs jejaring sosial yang berbasis bisnis, jadi
selain memiliki fungsi-fungsi jejaring sosial Linkedln juga bisa digunakan
untuk mencari pekerjaan. Selain Linkedln pada tahun yang sama jejaring sosial
Myspace juga diciptakan, Myspace mendapat respon baik dari masyarakat karena
dianggap sebagai situs jejaring sosial yang mudah digunakan dan friendly.
Jejaring
sosial yang diciptakan pada tahun 2004 berikut ini memiliki jumlah pengguna
kurang lebih sebanyak 600 juta orang yang tersebar di seluruh dunia. Facebook diciptakan oleh Mark
Zuckerberg, awalnya Facebook bernama “The Facebook” yang penggunanya terbatas
di kalangan universitas Harvard saja, namun lama kelamaan thefacebook mulai
memiliki banyak pengguna dari universitas lain dan setelah menjalin berbagai
kerjasama dan mendapat suntikan dana dari PayPal dan Pieter Thiel, thefacebook semakin
berkembang dan berubah nama menjadi Facebook. Facebook menyediakan aplikasi
yang memungkinkan penggunanya untuk melakukan chatting, video call, membuat status,
bertukar video,musik dan gambar hingga menawarkan berbagai macam games yang
membuat penggunanya terhibur.
Pada
tahun 2006, jejaring sosial Twitter
diciptakan oleh Jack Dorsey, Biz Stone dan Evan Williams. Twitter adalah sebuah
jejaring sosial dengan sistem micro-blogging yang memungkinkan penggunanya
untuk mengupdate status maksimal 140 karakter.
Di
tahun 2007 muncul jejaring sosial bernama Wiser, situs ini diharapkan bisa menjadi direktori online untuk
organisasi lingkungan di seluruh dunia.
Tahun
2010, diliris sebuah jearing sosial yang mendapat respon dan sambutan
baik dari masyarakat di seluruh dunia yaitu Instagram.
Instagram dirancang dan dikembangkan oleh Kevin Systrom dan Michel Kriger,
Instagram kemudian diluncurkan pada oktober 2010 dan pada Desember 2010
Instagram sudah memiliki lebih dari satu juta pengguna. Instagram adalah
aplikasi jejaring sosial yang berbasis fotografi, dengan menggunakan aplikasi
ini para penggunanya bisa membagikan foto ataupun video, seiring berjalannya
waktu Instagram mulai mengembangkan fiturnya seperti filter foto, hashtag dan
fitur yang paling menarik dan disenangi penggunanya saat ini adalah instagram
stories yang saat ini penggunanya mencapai 300 juta orang di seluruh dunia.
Pada
2011, Google+ yang
dioperasikan oleh Google Inc diluncurkan. Pada awalnya yang bisa mengakses
Google+ hanya orang-orang yang mendapat undangan dari google, namun kemudia
Google+ dibuka untuk umum, bila ingin menggunakan Google+ kita hanya perlu
mendaftarkan diri menggunakan alamat email gmail kita. Di tahun yang sama,
Snapchat juga diluncurkan pada bulan September. Fungsi utama Snapchat adalah
untuk menampilkan foto dan video sehingga penggunanya dapat melakukan chatting
melalui foto dan video langsung, Snapchat juga memiliki fitur story yang dapat
ditampilkan selama 24 jam.
EFEK MEDIA SOSIAL
Pertama,
Media tradisional telah memasukkan upaya media sosial untuk menarik dan menahan
audiensi. Cerita surat kabar biasanya memiliki opsi yang memungkinkan pembaca
berbagi cerita di Facebook, Twitter, dan situs lainnya. Program TV memiliki
halaman Facebook sendiri, dan banyak film (Aktivitas Paranormal, misalnya)
sangat bergantung pada media sosial untuk promosi. Banyak calon penyanyi
mendapat jeda besar mereka berkat video YouTube.
Yang cukup menarik, menggunakan media sosial tampaknya tidak berdampak banyak pada waktu yang dihabiskan dengan media tradisional, mungkin karena banyak pengguna media sosial yang melakukan banyak posting di Facebook atau Twitter saat menonton TV atau mendengarkan musik.
Kedua, dengan cara yang halus, media sosial telah mengubah cara kita berpikir tentang hiburan. Sebuah survei baru-baru ini mengungkapkan bahwa sekitar 60 persen respondennya menganggap situs media sosial sebagai bentuk hiburan. Di antara orang-orang muda, persentase itu bahkan lebih tinggi. Penemuan ini memiliki arti penting bagi media hiburan yang telah mapan. Karena tampaknya orang-orang lebih mengandalkan teman-teman mereka, terutama teman-teman di situs jejaring sosial, untuk hiburan mereka dan kurang pada media tradisional.
Situs berbagi video, seperti YouTube, memperkuat tren ini. Kamera digital dan perangkat lunak baru memudahkan untuk memotret, mengedit, dan memposting video di Web. YouTube memiliki lebih dari 120 juta video, dan amatir menghasilkan sekitar 75 persen dari mereka. Selain itu, menjadi mudah untuk menanamkan video di halaman Facebook atau di blog. Singkatnya, terima kasih kepada media sosial, teman, tetangga, dan kenalan yang menyediakan sejumlah besar hiburan kami.
Ketiga, selain hiburan, media sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan dari pengumpulan berita. Postingan di Twitter dan Facebook sering menjadi sumber informasi utama ketika berita pecah, seperti yang ditunjukkan selama gempa bumi di Haiti dan Jepang. media mainstream sering mengandalkan Twitter dan Facebook selama tahap awal acara berita. Di Haiti, banyak gambar awal kehancuran berasal dari video yang selamat yang diposting ke YouTube yang kemudian ditampilkan di program berita TV.Selama gempa Jepang, seorang wanita di Inggris melaporkan bahwa dia sedang mengobrol di Facebook dengan sepupunya di Jepang ketika gempa sedang terjadi.
Selanjutnya, seperti yang mungkin tak terelakkan, media sosial telah menjadi komersial. Tampaknya setiap kampanye pemasaran besar sekarang memiliki beberapa komponen media sosial. The Carnival Cruise Lines Web site memungkinkan kapal penjelajah untuk membentuk komunitas, berbagi foto pelayaran, dan memberikan saran tentang kapal pesiar. Merek utama memiliki halaman Facebook (BMW memiliki lebih dari 50 halaman, satu atau setiap negara tempat mobil dijual) dan akun Twitter (Snickers memiliki lebih dari 2.500 pengikut). Old Spice (dan banyak merek lainnya) memiliki saluran YouTube sendiri (iklan "Haruskah pria Anda berbau seperti dan Old Spice Man?" Telah dilihat lebih dari 19 kali). Dr Pepper memiliki basis penggemar 8,5 juta orang yang memeriksa bahwa mereka "menyukai" minuman ringan di Facebook. Pencarian Google untuk "hubungan masyarakat" dan "media sosial" menghasilkan lebih dari 14 juta hasil. Banyak merek sekarang mempekerjakan orang-orang yang pekerjaannya hanyalah mengarahkan upaya media sosial perusahaan. Ada kemungkinan bahwa komersialisasi ini dapat menyebabkan reaksi di antara pengguna. Sebagian besar waktu, Twitter tampaknya berfungsi sebagai perangkat pemasaran untuk selebriti yang ingin tetap berhubungan dengan penggemar mereka atau mempromosikan upaya terbaru mereka.
MEMONETISASI MEDIA
SOSIAL
Beriklan di Social Media adalah bisnis besar, menghasilkan sekitar $ 2 miliar pada tahun 2010, diproyeksikan meningkat menjadi $ 8 miliar pada tahun 2016. Facebook mendominasi bisnis iklan media sosial, mengumpulkan lebih dari $ 1,5 miliar pada tahun 2010, sebagian besar untuk menampilkan iklan di halamannya. Investor optimis tentang media sosial. Ketika Linkedin menawarkan saham untuk dijual, ia mengumpulkan $ 9 miliar. Jika Facebook menjadi publik, para ahli memperkirakan akan bernilai antara $ 50 dan $ 100 miliar.
MEDIA SOSIAL SEBAGAI PENGGERAK
Media sosial dapat memobilisasi orang untuk muncul di tempat tertentu pada waktu tertentu. Flash mobs atau sekelompok orang yang dikumpulkan menggunakan media sosial yang muncul tiba-tiba di tempat umum, melakukan beberapa aktivitas yang tampaknya tidak berarti untuk waktu yang singkat, dan kemudian membubarkan diri telah tersebar sejak hari-hari awal media sosial. pada tahun 2006, massa melakukan flash mob dan berkumpul di berbagai stasiun London Underground dan menari dengan musik disko. ratusan orang muncul di sebuah mal di Bristol di Britania Raya untuk berpartisipasi dalam acara pertempuran Star Wars.
Pada tahun 2010-2011 , sosial media menjadi penggerak yang semakin berkembang pesat dan dampaknya sampai ke wilayah Timur Tengah. Menariknya , dampak pergerakan ini dimulai dari Tunisia yang merupakan negara maju dengan kekuatan internet yang luar biasa di negara bagian Arab , setelah seorang pemuda yang menganggur mengorbankan dirinya untuk melakukan protes. Terlepas dari sensor pemerintah yang berat, orang-orang muda menyebarkan berita tentang bunuh diri dan rencana untuk protes lebih lanjut terhadap pemerintah di facebook dan memposting video dari demonstrasi di youtube. Meskipun pemerintah membatasi penggunaan internet, para pengunjuk rasa masih berhasil menggunakan facebook dan situs media sosial lainnya untuk menjaga agar demosntrasi tetap hidup. akhirnya, protes itu menyebabkan jatuhnya pemerintah. akibatnya, bagaimanapun, tidak sepositif yang diharapkan beberapa orang. Persaingan sektarian muncul, ekonomi tersendat, dan demonstrasi terhadap pemerintahan sementara terjadi di beberapa bagian negara.
kerusuhan berikutnya menyebar ke mesir.
Peristiwa pemicu di negara itu adalah kematian Khaled Said yang diakibatkan oleh pemukulan oleh polisi Mesir. Menggunakan Tunisia sebagai model, orang-orang muda membuat halaman facebook dengan judul "We Are All Khaled Said" yang dengan cepat menarik 400.000 pengikut. Selain itu, mereka yang tidak puas dengan rezim Hosni Mubarak menggunakan media sosial untuk memobilisasi, mengoordinasi, dan memublikasikan protes dan demonstrasi. Seorang aktivis muda menyimpulkan "kita menggunakan facebook untuk menjadwal protes, twitter untuk mengkoordinasi, dan youtube untuk memberitau dunia". Halaman facebook The Khaled Said menyerukan protes skala besar pada Januari 2010. Pemerintahan Mubarak, tidak yakin bagaimana cara menanggapinya, dan pada akhirnya terpaksa untuk mematikan internet di Mesir. Dengan bantuan dari google dan twitter, para pembangkang mampu untuk mengatasi pemadaman mereka dan pesan mereka behasil tersampaikan. Pemerintah dengan cepat membalik arah dan membuka kembali internet. Protes terjadi di seluruh negara hingga Mubarak yang mendapat tekanan baik dari internal dan eksternal memutuskan untuk turun jabatan dan dewan militer mengambil alih kuasa pemerintahan. Demonstrasi tidak berhenti sampai disitu, para pengunjuk rasa sekali lagi mengambil alih jalanan untuk memprotes lambatnya reformasi politik.
Di pertengahan 2011, sosial media membantu menyebarkan sisanya ke Timur Tengah, tapi hasilnya tidak baik. Terjadi perang sipil di Libya, di Syria banyak orang meninggal karena bentrokan antar para pendemonstrasi dengan pemerintah. Setidaknya 20 orang terbunuh saat protes di Bahrain.
Hasil yang campur aduk menyoroti beberapa keuntungan dan kelemahan menggunakan sosial media untuk tujuan politik. Awalnya, meskipun media sosial dapat menjadi katalis untuk sebuah revolusi, tetap tidak ada jaminan mobilisasi revolusi mereka bisa berhasil. Di 2009, setelah pemilihan yang disengketakan, sosial media membuat orang-orang turun ke jalanan tapi protes mereka tidak menghasilkan perubahan rezim karena pemerintah menggunakan kekerasan untuk menekan pemberontakan. Kasus yang sama sepertinya juga berlangsung di Libya dan Syria di pertengahan 2011.
Kedua pemerintah yang otoriter menjadi lebih pintar dalam menghadapi protes yang terorganisasi melalui media sosial. Di Syria, pemerintah pura-pura mencabut larangan pada facebook dan youtube sebagai konsesi untuk pengunjuk rasa, tapi kritik mencatat bahwa pemerintah bisa memonitor postingan facebook dengan mudah untuk mengidentifikasi biang keladi dari protes apapun. Di negara lain, pihak berwenang telah menggunakan sosial media untuk mendistribusikan informasi palsu tentang aksi protes yang direncanakan dan menangkap orang-orang yang muncul di acara palsu itu. Rusia dan Cina bahkan menyiapkan alternatif sosial media (di Rusia vkontakte dan kiaxin di Cina) dimana pembangkang lebih mudah dimonitori. Pada akhirnya, sosial media bisa memberdayakan orang muda untuk merakit dan membuang kendali dari rezim yang menindas, tapi ujian yang sesungguhnya datang kemudian saat pemerintah baru yang lebih responsif harus diciptakan. Sejauh ini, sosial media belum berhasil mempromosikan tugas yang lebih susah ini.
DAMPAK NEGATIF
Dampak negatif yang ditimbulkan media sosial, pertama, media sosial mengganggu produktivitas di tempat kerja. menurut salah satu survei 2009, karyawan menghabiskan rata-rata 45 menit per minggu di situs jejaring sosial saat bekerja. Mungkin kedengarannya ini tidak terlalu banyak menghabiskan waktu, namun dalam setahun kerugian yang ditimbulkan dari menurunnya produktivitas bisa mencapai jutaan dolar.
Kedua, media digital mudah diduplikasi, diarsipkan, dan dibagikan. tweets anda, entri blog, postingan facebook, dan foto mungkin disimpan di suatu tempat di hard drive seseorang dan bisa digunakan untuk menjadi ancaman bagi anda. Di media sosial karakter seseorang dapat terlihat dengan jelas, bahkan banyak perusahaan melaporkan bahwa mereka secara rutin memeriksa halaman facebook pelamar kerja. Kandidat yang mencalonkan diri untuk jabatan pada 2036 mungkin harus menjelaskan mengapa mereka membuat posting blog kontroversial di tahun 2012.
Ketiga, adanya potensi cyberbullying. Cyberbullying bisa terjadi dalam berbagai bentuk, termasuk memposting pesan menghina pada halaman facebook seseorang, memposting foto yang memalukan dan tidak menarik, atau mengasari seseorang melalui pesan instan atau email. Bullying sudah ada dari waktu yang lama, tapi sosial media sudah membuat efeknya menjadi lebih serius. Bullying secara online dapat tersebar dengan cepat dan mudah, dan ini memiliki potensi untuk mencapai audiens yang lebih besar. Study terbaru yang dilakukan Pew Foundation's Internet Project berisi beberapa temuan yang mengganggu :
a) Satu
dari tiga remaja telah mengalami beberapa bentuk cyberbullying
b) Pelaku
bully online memiliki umur yang biasanya sama dengan korbanya
c) Perempuan
melaporkan lebih banyak kekerasan daripada laki-laki
d) Mereka
yang mengalami cyberbullying lebih mudah depresi dan lebih cenderung melewatkan
sekolah
Sudah ada beberapa laporan korban yang melakukan bunuh diri karena cyberbulling yang berkelanjutan. Remaja khususnya mungkin tidak memiliki kedewasaan dan kesabaran untuk mengatasi bullying online. Alhasil, sosial media menghubungkan kita ke berbagai macam orang, beberapa mungkin tidak terlalu baik atau ramah.
Akhirnya,
komunikasi melalui facebook bukanlah komunikasi face to face. Mengupdate status
facebook tiap beberapa jam, mengirim banyak pesan setiap hari, dan memposting
tweets yang pintar tidak mengembangkan kemampuan komunikasi interpersonal
seseorang.
STUDI KASUS
Di
era digital seperti saat ini, hampir semua anak muda menjadi pengguna media
sosial, dilansir dari detik.com berdasarkan laporan dari Tetra Pak Index tahun
2017 menunjukan ada sekitar 132 juta orang pengguna internet di Indonesia dan
sekitar 40% penduduk Indonesia merupakan pengguna media sosial. Dilansir dari
Kompas.com, Indonesia memiliki pengguna Instagram terbanyak se-Asia Pasifik,
dari 700 juta pengguna bulanan sekitar 45 juta diantaranya merupakan pengguna
dari Indonesia. Secara langsung kita juga bisa melihat bahwa hampir semua orang
yang kita kenal pasti memiliki akun Instagram. Kami sempat melakukan riset
kecil tentang penggunaan Instagram oleh mahasiswa UAJY. Riset ini melibatkan 15
orang dan menggunakan metode kuisioner melalui google form. Sebanyak 60%
responden menggunakan instagram selama 3-5 jam dan 40% lainnya menggunakan
instagram selama lebih dari 5 jam, dan 100% responden mengaku mengakses
instagram setiap hari. Oleh karena itu menurut kelompok kami sangat menarik untuk
memahami sudut pandang orang yang tidak menggunakan media sosial seperti
Instagram, Twitter ataupun Facebook.
Pada tanggal 22 Februari 2018 kelompok kami berkesempatan untuk mewawancarai salah satu mahasiswi FISIP Universitas Atma Jaya Yogyakarta angkatan 2017 yang bernama Dorothea Bunga. Tidak seperti kebanyakan anak muda pada saat ini, Bunga memilih untuk tidak menggunakan media sosial yang populer dikalangan remaja saat ini. Media sosial yang Bunga gunakan hanya email, Line, dan WhatsApp.
Walaupun tidak menggunakan media sosial lainnya seperti Twitter, Facebook dan Instagram, Bunga tetap mengakui bahwa media sosial memiliki manfaat seperti untuk menjalin hubungan petemanan dengan luas, tidak hanya teman dilingkungan sekitar namun bisa mendapat teman bahkan dari negara lain.
Awalnya Bunga juga mengikuti trend media sosial, terutama saat ia memiliki Smartphone yang bisa digunakan untuk mengakses media sosial seperti Facebook dan BBM (BlackBerry Massanger) namun akhirnya Bunga memilih untuk menghapus akun Facebooknya, selain itu Bunga juga mulai menghapus akun BBMnya karena orang-orang dan temannya mulai beralih menggunakan Line dan WhatsApp.
Alasan utama Bunga tidak menggunakan media sosial lainnya adalah karena adanya pengalaman buruk di masa lalu, Bunga menceritakan bahwa saat media sosial Facebook sedang populer, Bunga juga ikut menjadi pengguna Facebook namun lama kelamaan nilai-nilai pelajaran Bunga di sekolah mulai menurun, itulah salah satu ketakutan Bunga bila ia ikut menjadi pengguna media sosial seperti Instagram, selain itu menurut Bunga banyak pengguna Instagram yang kehidupannya tidak sesuai dengan postingan di akun Instagramnya karena banyak teman-temannya yang melakukan berbagai macam cara seperti meminjam baju, dress dan handphone orang lain demi terlihat bagus di foto yang mereka unggah ke media sosial dan dianggap “wah” agar bisa menaikan eksistensinya di media sosial.
Meskipun tidak menggunakan media sosial Instagram, Twitter ataupun Facebook, Bunga merasa tidak memiliki kesulitan apapun karena menurutnya menggunakan Line dan WhatsApp saja sudah cukup untuk menjalin dan menjaga relasi dengan teman-teman maupun keluarganya. Bunga juga menggunakan YouTube sebagai salah satu media untuk memperoleh berita dan informasi terkini. Bila kebanyakan dari kita mengakses Instagram untuk melepas jenuh, Bunga lebih memilih untuk mengakses chanel YouTube yang berhubungan dengan kpop ataupun beauty vloger untuk melepas kejenuhannya.
Keputusan Bunga untuk tidak memiliki akun Instagram, Twitter ataupun Facebook ini memunculkan rasa heran dikalangan teman-temannya, walau tidak ada yang mencibirnya namun tetap banyak yang tidak mempercayainya saat ia mengatakan bahwa ia tidak memiliki akun-akun media sosial tersebut terutama akun Instagram karena menurut Bunga saat ini hampir semua kalangan pasti memiliki akun instagram.
Berdasarkan hasil wawancara tersebut, kami menyimpulkan bahwa mengikuti perkembangan zaman tidak harus dengan cara mengikuti trend yang sedang berlangsung seperti yang dilakukan Bunga. Ia tetap mengikuti perkembangan zaman dengan cukup memiliki akun media sosial yang bisa digunakan untuk bertukar informasi saja, ia juga memilih untuk tidak mengikuti trend yang mengharuskannya memiliki akun-akun media sosial lainnya seperti Instagram, dan ternyata tidak seperti yang dibayangkan orang selama ini, walaupun Bunga tidak memiliki akun Instagram ia masih bisa memiliki relasi yang luas, Bunga juga masih bisa mendapat informasi dan tidak ketinggalan zaman, selain itu Bunga menjadi terhindar dari dampak negatif Instagram yang menuntut penggunanya untuk menampilkan eksistensi dirinya sebaik mungkin. Dari studi kasus ini kita dapat belajar bahwa tidak mengikuti trend media sosial tidaklah seburuk yang dipikirkan orang selama ini.
DAFTAR
PUSTAKA
Buku:
Dominick,
Joseph R. (2015). The Dynamics of Mass Communication. New York: Mc-Graw- Hill Education.
Jurnal:
Melati,
Sari. (2015). Mahasiswa Pengguna Media Sosial (studi tentang fungsi media
sosial bagi mahasiswa FISIP UR). Departement of Sociology Faculty of Social and
Political Sciences Riau University,1-11.
Koran
online:
Detik.com.
27 September 2017. 132 Juta Pengguna Internet Indonesia, 40% Penggila Medsos.
Diakses dari https://inet.detik.com/cyberlife/d-3659956/132-juta-pengguna-internet-indonesia-40-penggila-medsos pada 13
April 2018.
Kompas.com. 27 Juli 2017. Indonesia, Pengguna
Instagram Terbesar Se-Asia Pasifik. Diakses dari https://tekno.kompas.com/read/2017/07/27/11480087/indonesia-pengguna-instagram-terbesar-se-asia-pasifik pada 13 April 2018
kira2 admin pake sosial media apa aja nih?
BalasHapusWah, banyak nih media sosial yang admin pakai.. yang jelas tiap admin pasti punya instagram hehehe, terima kasih sudah menyempatkan comment di blog kami :)
HapusWah lengkap bgttt infonya
BalasHapusTerimakasih sahabat gemes, semoga bermanfaat yaa :)
HapusTerimakasih admin, studi kasus ini menambah pengetahuan saya mengenai dampak media sosial
BalasHapussamasamaa sahabat gemes, semoga bermanfaat yaa :)
HapusTerimakasih admin, studi kasus ini menambah pengetahuan saya mengenai dampak media sosial
BalasHapusartikel ini luar biasa bermanfaat untuk menambah pengetahuan, arigatoo
BalasHapusterima kasih sahabat gemes! semoga bermanfaatya :)
Hapusinfonya keren.. saya akan menggunakan socmed sebaik mungkin
BalasHapus👍👍👍👍
BalasHapusSnapchatt skrg sedikit kalah sama dnapgram yaa
BalasHapusiya nih sahabat gemes, kemungkinan karena snapchat sedikit kurang berinovasi :)
HapusBisa ya tidak menggunakan medsos hebat!
BalasHapus